Senin, 19 Juli 2010

Sejarah Ayam Serama

Ayam Serama berasal dari Negeri Jiran. Hasil dari persilangan dari beberapa ayam kate yang ada sebelumnya. Ayam serama ini memiliki penampilan kecil dan gagah bagaikan serdadu yang sedang siaga dengan dada yang dibusungkan, unggas ini juga pantang minder. Ia senang bergaya seolah-olah memamerkan keindahan tubuhnya dan tak ragu berkokok lantang.
Serama diklaim sebagai ras ayam terkecil di dunia. Bobot serama tak lebih dari 500 gram. Ukuran badannya hanya sebesar kepalan tangan orang dewasa.Meski berbadan kecil, ia bukan ayam murahan.
Mutu serama ditentukan oleh bobot badan yang ringan, bentuk leher menyerupai huruf S, kepala tertarik jauh kearah belakang, Sayap menjuntai tegak lurus ke bawah, dan ekor pedang panjang serta berdiri tegak.
Ciri fisik seperti itu membuat ayam serama berpenampilan tegap menyerupai prajurit yang sedang berbaris.Serama merupakan mahluk hasil kreatifitas Wee Yean Een seorang “penghulu ayam” dari Negeri Jiran. Pada tahun 1971 ia menyilangkan ayam Kapan alias kate kaki panjang dengan ras ayam Modern Game Bantam. Ayam kapan ia pilih lantaran memiliki sayap menjuntai lurus ke bawah. Sedangkan Modern Game Bantam memiliki postur badan tegap, leher panjang dan tertarik ke belakang menyerupai huruf S.
Pada tahun 1973 Wee Yean Een menyilangkan keturunan pertama hasil perkawina antar ayam kapan dan Modern Game Bantam dengan jenis ayam sutera (Silkie Bantams). Perkawinan tersebut akhirnya melahirkan ayam sutera berpostur badan kecil. Wee Yean Een nampaknya masih tidak puas dengan hasil persilangan tersebut. Penghulu ayam itu lalu menjodohkan keturunan ke dua tersebut dengan kate jepang. Ayam ini punya warna bulu indah serta bentuk ekor berdiri tegak.
Pada tahun 1988 mak comblang ayam itu akhirnya berhasil mencetak ayam kate dengan bobot kurang dari 500 gr. Wee Yean Een lantas memberi nama “Serama” kepada ayam berbadan mikro itu. Julukan tersebut ia berikan lantaran ayam hasil kreasinya itu memiliki gaya dan penampilan gagah layaknya Sri Rama tokoh pewayangan dalam kisah Ramayana. Lidah Wee Yean Een menyebut Sri Rama berubah menjadi berlafal serama.
Untuk mendapatkan serama-serama yang bagus dan berkwalitas, sangat dibutuhkan kemampuan berimajinasi, kreasi dan seni dalam persilangan ayam serama ini.